PENGARUH KONSUMSI SUPLEMEN ZAT BESI TERHADAP PENINGKATAN
KADAR HEMOGLOBIN
PADA IBU MENYUSUI
Oleh
Adisti Wulandari dan Faisal
Dosen Analis Kesehatan Akademi Analis Kesehatan
Malang
INTISARI
Hemoglobin merupakan suatu protein yang
kompleks,tersusun dari protein globin dan senyawa bukan protein yang dinamai
hem,yang bagian pusatnya ditempati logam besi. Dalam tiap molekul hemoglobin
mengandung 4 atom besi. Pemeriksaan hemoglobin dapat dilakukan dengan beberapa
metode yang sering digunakan di laboratorium-laboratorium klinik atau rumah
sakit adalah metode Cyanmethemoglobin
dan Sahli.
Pemeriksaan kadar hemoglobin menggunakan metode
Cyanmethemoglobin. Populasinya adalah dari 30 ibu menyusui bayi usia 0 – 3
bulan diambil sampel secara random sampling sebesar 40 sample darah vena di
wilayah Kecamatan
Sukun Malang, masing-masing diperiksa dengan metode
Cyanmethemoglobin. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh
konsumsi suplemen zat besi terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu
menyusui bayi usia 0 – 3 bulan. Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah menggunakan
uji statistik “t” berpasangan atau paired
sampel t-tes.
Dan hasil pengolahan data didapatkan “t” hitung (-
4.667) ≤ “t” tabel (0.1983), dengan berat kesalahan (a) ditetapkan 0,05. Hal tersebut berarti HO
diterima dan Ha ditolak jadi tidak ada pengaruh yang bermakna antara konsumsi
suplemen zat besi atau tidak konsumsi suplemen terhadap peningkatan kadar
hemoglobin pada ibu menyusui bayi usia 0 – 3 bulan di wilayah Kecamatan Sukun Malang.
Kata Kunci: suplemen zat besi, kadar hemoglobin, ibu menyusui
PENDAHULUAN
Latar belakang
Menyusui
adalah memberikan makan menurut kodrat alam, karena menggunakan
alat alamiah yaitu payudara dan bahan makanan alamiah
yaitu ASI (air
susu ibu ) yang telah sengaja diciptakan untuk
keperluan menyusui. (Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. 1985 :
321)
Air susu ibu merupakan makanan yang ideal untuk bayi
terutama pada bulan-bulan pertama. Air susu ibu mengandung semua zat gizi untuk membangun dan
menyediakan energi dalam susunan yang diperlukan, menghasilkan pertumbuhan yang
optimal, memiliki berbagai zat anti infeksi, memperpanjang jarak kelahiran anak.
Hendaknya ASI diberikan secepatnya
bila ibu dan bayi sehat. Air susu ibu yang diproduksi pada 1 – 5 hari pertama dinamakan kolostrum
berupa cairan kental yang berwarna kekuningan. Kolostrum ini sangat
menguntungkan bayi karena mengandung lebih banyak antibodi, protein, mineral
dan Vitamin
A. (Kapita
Selekta Kedokteran.FKUI. 2000 : 568)
Semua sel mengandung besi, akan tetapi hemoglobin darah
dan otot mempunyai kosentrasi besi yang tertinggi. Kebutuhan besi bagi bayi
relatif tinggi yaitu untuk pertumbuhan yang cepat dari jaringan baru. Diet bayi
umumnya tidak mengandung cukup besi untuk memenuhi kebutuhannya, sumber utama
besi untuk bayi adalah akses hemoglobin waktu lahir. Pertumbuhan bayi yang
cepat akan menghabiskan persediaan besi, yang cepat pula menjadi anemia. Baik
ASI maupun susu sapi tidak mengandung cukup besi
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga makanan tambahan berupa buah dan
sayur harus diberikan dalam makanan bayi sebelum persediaan besi habis
terpakai. Biasanya pemberian makanan tambahan harus dimulai dari umur 3 bulan.
Biasanya sulfas ferosus dan sitras ammonium sering digunakan
untuk tambahan makanan. (Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. 1985 : 359)
Pemeriksaan hemoglobin merupakan salah satu pemeriksaan
rutin yang membutuhkan ketelitian dan ketepatan. Pemeriksaan ini paling sering
dilakukan di laboratorium-laboratorium untuk menyatakan derajat anemia.
Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara. Yang banyak
dipakai dalam laboratorium klinik adalah cara fotoelektrik (Cyanmethemoglobin) dan kolorimetrik visual (sahli). (Ganda Soebrata. 1985 : 11)
Rumusan masalah penelitian ini
adalah Apakah
ada pengaruh konsumsi suplemen zat besi terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu menyusui bayi usia 0 – 3
bulan.
Tinjauan
Pustaka
Darah
Pengertian
dan Fungsi Darah
Pengertian Darah merupakan bagian
penting dari sistem transport. Darah merupakan jaringan tubuh yang berbentuk
cairan. Darah dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu :
a. Plasma darah
b. Sel darah yang terdiri dari atas sel
darah putih atau leukosit, sel darah merah atau eritrosit, dan sel pembeku
darah atau trombosit.
( Depkes RI, 1989 : 1 )
Fungsi darah terdiri dari atas :
1. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh.
2. Mengangkut CO2 dari jaringan tubuh ke paru-paru.
3. Mengangkut zat-zat
makanan yang diabsorbsi dari usus halus untuk
diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.
4. Mengangkut zat-zat yang
tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui alat ekskresi.
5. Sebagai pertahanan tubuh
terhadap serangan bibit penyakit dan racun.
6. Mengatur keseimbangan air
dalam tubuh. (Depkes RI. 1989 : 7)
Susunan
Darah
Darah
terdiri atas 2 bagian penting
yaitu :
a.
Plasma Darah
Plasma
darah termasuk dalam kesatuan cairan ekstraselular, dengan volumenya kira-kira
5% dari berat badan. Plasma darah merupakan bagian darah yang encer tanpa
sel-sel darah, warna bening
kekuning-kuningan.
Plasma
terdiri atas :
- Air 91 %
- Bahan organik dan anorganik 9 %
Sel darah
terdiri dari :
1. Eritrosit atau sel darah merah
Sel darah merah merupakan salah
satu unsur yang dibentuk dalam darah tepi, pada manusia bentuk matur eritrosit
normal adalah cakram bikonkaf yang berwarna kekuningan tidak berinti mengandung
hemoglobin,
berfungsi
mengangkut oksigen.
2. Leukosit atau sel darah putih
Sel darah putih yang merupakan korpuskulus darah
tidak berwarna yang mampu melakukan gerak amuboid yang fungsi utamanya untuk
melindungi tubuh terhadap organisme yang menyebabkan penyakit dan dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu granular dan non granular.
3. Trombosit atau keping darah
Trombosit
merupakan bagian darah yang memiliki peranan penting dalam proses pengumpalan
darah. (dr. Difa Danis , 2008)
Pengertian Hemoglobin
Hemoglobin adalah metalprotein
pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan
hewan lainnya. Molekul haemoglobin terdiri dari globin, apoprotein dan empat
gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. (Wikipedia, 2007 ) .
Gambar 3. Hemoglobin Molecuke
Hemoglobin
adalah pigmen merah dan menyerap cahaya maksimum pada panjang gelombang 540 nm. Jika sel darah merah dalam kosentrasi
tertentu mengalami lisis,
terjadi pembebasan hemoglobin yang dapat diukur secara spektrofotometris pada panjang gelombang ini yang konsentrasinya setara
dengan densitas optis. (Ronald A. Sacher. 2004)
Fungsi Hemoglobin
Fungsi
hemoglobin antara lain :
1). Mengatur
pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan tubuh.
2) Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian
dibawa ke seluruh tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
3) Membawa karbondioksida dari seluruh jaringan
tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru untuk dibuang. (Depkes RI. 1989)
Gambar 4 Fungsi Hemoglobin
Macam-Macam Hemoglobin
Hemoglobin normal
mempunyai sepasang rantai alfa identitas jenis hemoglobin ditentukan oleh
sepasang rantai yang lain, yaitu beta, gamma, dan delta. Struktur hemoglobin
dinyatakan dengan menyebut jumlah dan jenis rantai globin yang ada. (Widman, Frances K. 1995 : 56)
1).Macam-macam hemoglobin normal :
a. Hemoglobin A
Ditemukan pada orang dewasa
normal sekitar 92 – 95 %. HbA terdiri dari atas 2 rantai alfa dan 2 rantai
beta.
b. Hemoglobin A2
Ditemukan pada orang dewasa
normal sekitar 2 – 3 %. HbA2 terdiri dari atas 2 rantai alfa dan 2
rantai beta.
c. Hemoglobin F
Ditemukan pada janin dan bayi
baru lahir. Pada orang dewasa hemoglobin F ditemukan sekitar 1 – 2 %.
Hemoglobin F terdiri atas 2 rantai alfa dan 2 rantai gamma. (Wikipedia, 2007)
2).
Macam – macam Hemoglobin Abnormal
a.
Hemoglobin S
Jenis hemoglobin abnormal yang sering dijumpai adalah
HbS. Pada HbS posisi keenam pada rantai beta tidak ditempati oleh glutamat
tetapi oleh valin yang hidrofobik. Posisi keenam berada pada permukaan luar rantai yang
saling berkaitan yaitu tempat rantai alfa dan rantai beta bertukar-tukar saat
oksigenisasi dan deoksigenisasi.
b. Hemoglobin C
Pada HbC posisi keenam rantai
beta ditempati oleh asam amino lain yaitu lisin. Muatan positif pada lisin
berinteraksi dengan gugusan bermuatan negatif didepanya. Hemoglobin cenderung
membentuk gumpalan berbentuk roda sehingga menyebabkan eritrosit lebih kaku dan
lebih muda pecah dari pada sel normal. (Widman, Frances K. 1995 : 60)
3).Sintesis
Hemoglobin
Untuk mengangkut O2 ke jaringan dan mengembalikan CO2
(karbondioksida) dari jaringan ke paru-paru, sel darah merah mengandung protein
kusus yaitu hemoglobin. Setiap sel darah merah mengandung 640 juta molekul
hemoglobin dan setiap molekul hemoglobin dewasa normal (HbA) terdiri atas empat
rantai polipeptida a2b2, masing-masing dengan gugus
hemnya sendiri. Sintesis hemoglobin dalam sel darah merah yang sedang
berkembang, 65% hemoglobin disintesis dalam eritroblast, 35% stadium
retikulosit sintesis hem terjadi banyak dalam mitokondria oleh sederet reaksi
biokimia yang dimulai dengan kondensasi glisin dan suksinil koenzim A dibawah
reaksi enzim kunci delta-amino laevulinik
acid (ALA) sintetase yang membatasi kecepatan. Piridoksal fosfat (Vitamin B6)
adalah koenzim untuk reaksi ini yang dirangsang oleh eritropoietin dan dihambat
oleh hem. Akhirnya portofirin bergabung dengan besi untuk membentuk hem yang
masing-masing molekulnya bergabung dengan rantai globin yang terbuat pada
poliribosom. Kemudian tetrameter empat rantai globin dengan masing-masing gugus
hemnya sendiri terbentuk dalam ”kantong” untuk membangun molekul hemoglobin.
(Hoffbran dan Pettit. 1987 : 8)
4). Katabolisme
Hemoglobin
Hemoglobin yang dilepaskan dari eritrosit dihancurkan oleh sistem
retikuloendotelial. Mula-mula besi di lepas dan dikembalikan ke sumsum tulang
untuk digunakan kembali dalam sintesis hem atau disimpan sebagai cadangan. Rantai globin dirombak dan asam amino disimpan untuk
pembentukan protein. Sisa cincin porfirin dirombak menjadi biliverdin kemudian menjadi bilirubin
yang diangkut ke hati dan dikonjugasi menjadi bilirubin diglukoronida. Dalam
perjalanan ke hati bilirubin terikat pada albumin (bilirubin indirek).
Peningkatan bilirubin indirek dalam plasma merupakan indikasi peningkatan
destruksi eritrosit.( Widman, Frances K. 1995 :
)
Di dalam hati bilirubin dikonjugasi dengan asam
glukoronat menjadi bilirubin diglukoronida atau bilirubin direk. Bilirubin
indirek tidak larut dalam air, tetapi bilirubin direk larut dalam air dan dapat
masuk ke dalam saluran empedu kemudian ke saluran cerna. Bilirubin diubah menjadi
urobilinogen, urobilinogen ini sebagian besar direabsorpsi dan kembali ke dalam sirkulasi dan ke dalam hati
untuk kemudian diekskresi melalui urine. Bila ada peningkatan destruksi
hemoglobin dan peningkatan ekskresi bilirubin diglukoronida ke dalam saluran
cerna, terjadi peningkatan ekskresi urobilinogen melalui urine dan feses.
Peningkatan ekskresi urobilinogen merupakan petunjuk adanya proses hemolitik
dan perombakan hemoglobin berlebihan. (Widman, Frances K. 1995 : 37 – 38)
Pemeriksaan Kadar Hemoglobin
Kadar hemoglobin dapat ditentukan
dengan bermacam-macam cara, yang digunakan dalam laboratorium klinik ialah metode fotoelektrik dan
kolorimetri visual.
Cara-cara
penetapan kadar hemoglobin adalah
sebagai berikut :
1.
Metode fotoelektrik kolorimetri.
1). Cyanmethemoglobin
Hemoglobin
darah diubah menjadi cyanmethemoglobin (hemoglobin sianida) dalam larutan yang
berisi kalium ferrisianida dan kalium sianida. Absorbansi larutan diukur pada
panjang gelombang 540 nm atau filter hijau. Larutan drabkins yang dipakai pada metode ini mengubah hemoglobin,
oksihemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin menjadi cyanmethemoglobin. Sulfhemoglobin tidak
berubah dan karena itu tidak ikut diukur. (Ganda Soebrata. 1985 : 13)
Metode ini sangat bagus untuk laboratorium rutin dan
sangat dianjurkan untuk penetapan kadar hemoglobin dengan teliti karena
standart Cyanmeth yang ditanggung kadarnya
bersifat stabil dan dapat dibeli. Ketelitian cara ini dapat dicapai ± 2 %.(Ganda Soebrata. 1985)
2). Oxyhemoglobin
Metode ini lebih singkat dan sederhana. Kelemahan metode ini adalah tidak ada larutan
standart oxyhemoglobin yang stabil,
sehingga fotokolorimeter sukar ditera. (Depkes RI. 1989 : 43)
3).Alkali
Hematin
Metode ini kurang teliti bila
dibandingkan dengan cara cyanmeth dan oxyhemoglobin. (Depkes RI. 1989 : 44)
4). Kupersulfat
B.d 1.005
Metode ini dipakai untuk menetapkan
kadar hemoglobin donor yang diperlakukan dalam tranfusi. Tidak dapat menetapkan
kadar hemoglobin dengan tepat, tetapi hanya kesan-kesan saja. Untuk pemeriksaan
klinik, cara kupersulfat B.d 1.005 tidak dapat digunakan. (Depkes RI. 1989 : 70)
Metabolisme
Besi
Besi
adalah trace element yang paling banyak terdapat di tubuh sekitar 65% dari 4000
mg besi yang normal terdapat didalam tubuh (60 mg/kg pada laki-laki dan 50
mg/kg pada perempuan) terikat ke hem. Diperlukan satu miligram besi untuk
eritropoisis, sebanyak 95% di daur ulang dari besi yang berasal dari perputaran
eritrosit dan katabolisme hemoglobin. Hanya 1 mg / hari (yang merupakan 5%
perputaran besi) yang baru diserap untuk mengimbangi pengeluaran (minimal) besi
melalui feaces dan urine. (Ronald A.
Sacher. 2004)
Penyerapan Besi
Penyerapan
besi diatur oleh usus yang mengizinkan penyerapan besi secukupnya untuk
mengganti kehilangan tanpa menyebabkan penyerapan berlebihan. Asupan besi dari makanan setiap
hari adalah 10 sampai 20 mg/ hari. Jumlah besi yang diserap dari makanan sangat
bervariasi, bergantung pada beberapa faktor termasuk jumlah dari jenis besi
yang dimakan, keasaman lambung, aktifitas sumsum tulang dan keadaan simpanan
besi tubuh. Penyerapan besi maksimum terjadi di duodenum dan jejunum bagian
atas. (Ronald A Sacher. 2004)
METODE
PENELITIAN
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif
yaitu untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kadar Hb pada ibu menyusui
setelah minum suplemen zat besi di Wilayah Sukun malang dengan metode
pemeriksaan Cyanmethemoglobin secara
kuantitatif.
Pemeriksaan kadar hemoglobin menggunakan
metode Cyanmethemoglobin. Populasinya adalah dari 30 ibu menyusui bayi usia 0 –
3 bulan diambil sampel secara random sampling sebesar 40 sample darah vena di
wilayah Kecamatan
Sukun Malang, masing-masing diperiksa dengan metode
Cyanmethemoglobin. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh
konsumsi suplemen zat besi terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu
menyusui bayi usia 0 – 3 bulan. Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah menggunakan
uji statistik “t” berpasangan atau paired
sampel t-tes
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Berdasarkan pemeriksaan didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1 Hasil
Pemeriksaan Hemoglobin Metode Cyanmethemoglobin
No
|
Hasil kadar Hb sebelum
Minum suplemen Zat Besi
|
Hasil kadar Hb sesudah
Minum suplemen Zat Besi
|
1
|
12.86
|
13.07
|
2
|
13.17
|
12.99
|
3
|
12.34
|
12.44
|
4
|
13.07
|
12.88
|
5
|
12.02
|
12.32
|
6
|
11.89
|
12.02
|
7
|
12.02
|
11.99
|
8
|
11.93
|
12.23
|
9
|
12.11
|
12.45
|
10
|
11.67
|
12.01
|
11
|
12.04
|
12.38
|
12
|
11.77
|
11.98
|
13
|
11.59
|
11.77
|
14
|
12.05
|
12.22
|
15
|
12.44
|
12.67
|
16
|
12.18
|
12.34
|
17
|
11.67
|
1183
|
18
|
12.06
|
12.44
|
19
|
13.22
|
13.34
|
20
|
12.12
|
12.46
|
21
|
11.58
|
11.82
|
22
|
13.33
|
13.18
|
23
|
12.56
|
12.89
|
24
|
12.09
|
12.45
|
25
|
11.58
|
11.78
|
26
|
12.22
|
12.62
|
27
|
11.96
|
11.78
|
28
|
11.68
|
12.00
|
29
|
12.77
|
12.43
|
30
|
12.08
|
12.34
|
Sumber:
Data diolah
Tabel 2 Pengolahan
Data
No
|
Hasil kadar Hb sebelum
Minum suplemen Zat Besi
|
Hasil kadar Hb sesudah
Minum suplemen Zat Besi
|
Selisih kadar Hb
Sebelum dan Sesudah Minum suplemen Zat besi
|
1
|
12.86
|
13.07
|
0.21
|
2
|
13.17
|
12.99
|
-0.36
|
3
|
12.34
|
12.44
|
0.10
|
4
|
13.07
|
12.88
|
-0.36
|
5
|
12.02
|
12.32
|
0.30
|
6
|
11.89
|
12.02
|
0.13
|
7
|
12.02
|
11.99
|
-0.03
|
8
|
11.93
|
12.23
|
0.30
|
9
|
12.11
|
12.45
|
0.34
|
10
|
11.67
|
12.01
|
0.34
|
11
|
12.04
|
12.38
|
0.34
|
12
|
11.77
|
11.98
|
0.21
|
13
|
11.59
|
11.77
|
0.18
|
14
|
12.05
|
12.22
|
0.17
|
15
|
12.44
|
12.67
|
0.23
|
16
|
12.18
|
12.34
|
0.16
|
17
|
11.67
|
1183
|
0.16
|
18
|
12.06
|
12.44
|
0.38
|
19
|
13.22
|
13.34
|
0.12
|
20
|
12.12
|
12.46
|
0.34
|
21
|
11.58
|
11.82
|
0.24
|
22
|
13.33
|
13.18
|
-0.15
|
23
|
12.56
|
12.89
|
0.33
|
24
|
12.09
|
12.45
|
0.36
|
25
|
11.58
|
11.78
|
0.20
|
26
|
12.22
|
12.62
|
0.40
|
27
|
11.96
|
11.78
|
-0.18
|
28
|
11.68
|
12.00
|
0.32
|
29
|
12.77
|
12.43
|
-0.34
|
30
|
12.08
|
12.34
|
0.26
|
Rata-rata
|
Rata-rata
|
Selisih rata-rata
|
|
12.20
|
12.37
|
0.169
|
Sunver
: Data diolah
Dari
data di atas dilakukan uji statistik yaitu dengan uji “t” berpasangan. Uji ”t”
berpasangan digunakan untuk membandingkan apakah ada pengaruh konsumsi suplemen
zat besi terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu menyusui bayi usia 0 –
3 bulan di Wilayah Sukun. Dimana bila t hitung > t tabel berarti ada
pengaruh yang bermakna antara konsumsi suplemen zat besi terhadap peningkatan
kadar hemoglobin dan bila t hitung < t tabel berarti tidak ada
pengaruh yang bermakna antara konsumsi suplemen zat besi terhadap peningkatan
kadar hemoglobin.
Hasil
Pengolahan Data
Adapun cara pengolahan data dengan
menggunakan SPSS 13.0 adalah sebagai berikut :
Uji Normalitas One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test
NPar Tests
Tabel 3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Hb
sebelum
|
||
N
|
30
|
|
Normal Parameters(a,b)
|
Mean
|
12.2017
|
Std. Deviation
|
0.51079
|
|
Most Extreme Differences
|
Absolute
|
0.197
|
Positive
|
0.197
|
|
Negative
|
-0.105
|
|
Kolmogorov-Smirnov Z
|
1.078
|
|
Asymp. Sig. (2-tailed)
|
0.195
|
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Interprestasi
hasil :
Harga Signifikasi yang ada ( Asymp.Sig.)
yang besarnya 0.195 dimana harga ini dibandingkan dengan α = 0.05, sehingga (p
> 0.05 ) dengan demikian Ho diterima yang artinya Data Berdistribusi Normal.
( Handoko Riwidikdo, 2009 : 29)
a. Hipotesis
Ha : Ada pengaruh konsumsi suplemen zat besi terhadap peningkatan hemoglobin pada ibu menyusui bayi usia 0 – 3
bulan.
Ho : Tidak ada pengaruh konsumsi suplemen zat besi terhadap
peningkatan kadar hemoglobin pada ibu
menyusui bayi usia 0 – 3 bulan.
Uji
statistik ” t ” berpasangan / Paired-Samples
T Test
Paired
Samples Statistics
Mean
|
N
|
Std.
Deviation
|
Std.
Error Mean
|
||
Pair 1
|
hhsebelum
|
12.2017
|
30
|
.51079
|
.09326
|
hbsesudah
|
12.3707
|
30
|
.43830
|
.08002
|
Paired
Samples Correlations
N
|
Correlation
|
Sig.
|
||
Pair 1
|
hhsebelum & hbsesudah
|
30
|
.924
|
.000
|
Paired Samples Test
Paired
Differences
|
t
|
df
|
Sig. (2-tailed)
|
||||||
Mean
|
Std. Deviation
|
Std.
Error Mean
|
95%
Confidence Interval of the Difference
|
||||||
Lower
|
Upper
|
||||||||
Pair 1
|
hhsebelum
-hbsesudah
|
-16900
|
.19834
|
.03621
|
-.24306
|
-.09494
|
-4.667
|
29
|
.000
|
(
Handoko Riwidikdo, 2009 : 58 )
Kaidah keputusan :
Jika t hitung <
t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak tidak ada hubungan. Sebaliknya jika t
hitung > t tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak ada hubungan.
Ternyata t
hitung < t tabel atau - 4.667 < 0.1983, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Jadi tidak ada pengaruh yang signifikan antara mengkonsumsi suplemen zat besi
dengan peningkatan kadar hemoglobin
pada ibu menyusui bayi usia 0 – 3 bulan.
Dari
perhitungan diatas dapat diketahui bahwa derajat kebebasan (df) n – 1 → 1 = 29,
bila taraf kesalahan (a) ditetapkan
5% = 0,05. Sedangkan pengujian dilakukan dengan menggunakan uji dua pihak, maka
harga t tabel adalah 0.1983. Hasil t hitung (- 4.667) lebih kecil daripada t
tabel (0.1983) antara mengkonsumsi suplemen zat besi dengan peningkatan kadar
hemoglobin pada ibu menyusui bayi usia 0 – 3
bulan.
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan uji ”t”
berpasangan didapat nilai t hitung (- 4.667) yang lebih kecil dari pada t tabel
(0.1983) dengan degree of freedom
(df) 29 untuk a = 5%. Rata-rata kadar hemoglobin sebelum = 12.20, kadar hemoglobin
sesudah = 12.37, selisih sampelnya (
) = 0,17 dengan deviasi standar 0.511.
Hemoglobin
adalah pigmen pengangkut oksigen utama dan terdapat di eritrosit. Hemoglobin
adalah pigmen merah dan menyerap cahaya maksimum pada panjang gelombang 540 nm.
Jika sel darah merah dalam konsentrasi tertentu mengalami lisis, akan terjadi
pembebasan hemoglobin yang diukur secara spektrofotometris pada panjang
gelombang ini, yang konsentrasinya setara dengan densitas optis. (Ronald A. Sacher. 2004)
Besi dalam trace elemen yang paling
banyak terdapat di tubuh. Sekitar 65% dan 4000 mg besi yang normal terdapat di
dalam tubuh 160 mg/kg pada laki-laki dan 50 mg/kg pada perempuan terikat ke
hem. Diperlukan satu miligram besi untuk setiap mililiter sel darah yang
diproduksi. Setiap hari 20 mg sampai 25 mg besi diperlukan untuk eritropoesis,
sebanyak 95% di daur ulang dari besi yang berasal dari perputaran eritrosit dan
katabolisme hemoglobin. Hanya 1 mg/hari (yang merupakan 5% dari perputaran
besi) yang baru diserap untuk mengimbangi pengeluaran (minimal) besi melalui
feses dan urine. (Ronald A. Sacher. 2004)
Penyerapan besi diatur oleh usus, yang
mengizinkan penyerapan besi secukupnya untuk mengganti kehilangan tanpa
menyebabkan penyerapan berlebih. Asupan besi dari makanan sangat bervariasi,
tergantung pada beberapa faktor termasuk jumlah dan jenis besi yang dimakan,
keasaman lambung, aktivitas sumsum tulang dan keadaan simpanan besi tubuh.
(Ronald A. Sacher. 2004)
Metode cyanmethemoglobin bagus untuk pemeriksaan laboratorium
sederhana dan pemeriksaan rutin untuk
penetapan kadar hemoglobin. Dalam
pemeriksaan laboratorium khususnya hemoglobin dapat dilakukan pemeriksaan
hemoglobin dengan menggunakan beberapa cara yaitu cara tallquist, cara sahli,
cara fotoelektrik kolorimetri (cara cyanmethemoglobin, cara oxyhemoglobin, cara
alkali hematin), dan dengan kufter sulfat B.d 1.005. ( Depkes RI.1989 : 38 –
40)
Kadar normal hemoglobin dengan
metode cyanmeth adalah laki-laki : 14 – 18 mg/dl, perempuan : 12 – 16 mg/dl,
dari hasil pemeriksaan pengaruh konsumsi suplemen zat besi terhadap peningkatan
kadar hemoglobin dengan metode cyanmeth pada ibu menyusui bayi usia 0 – 3 bulan
di wilayah Sukun Malang. Dengan 40 sampel darah vena yang diambil dari 30 ibu
menyusui bayi usia 0 – 3 bulan. Kemudian dilakukan uji ”t” berpasangan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh konsumsi suplemen zat besi terhadap
peningkatan kadar hemoglobin.
Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara
mengkonsumsi suplemen zat besi dengan peningkatan kadar hemoglobin pada ibu
menyusui bayi usia 0 – 3 bulan. Sehingga
mengkonsumsi atau tidak mengkonsumsi suplemen zat besi pada ibu menyusui tidak
terlalu berpengaruh terhadap peningkatan kadar hemoglobin.
Mengkonsumsi suplemen zat besi dapat
meningkatkan kadar hemoglobin tetapi ada salah satu faktor yang mempengaruhi
diantaranya pola makan, pola konsumsi, daya tahan tubuh dan kepatuhan seseorang dalam mengkonsumsi
suplemen zat besi. Meskipun tidak ada pengaruh yang signifikan antara
mengkonsumsi suplemen zat besi terhadap peningkatan kadar hemoglobin, ibu
menyusui dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen zat besi untuk mencegah
terjadinya anemia.
Dalam pemeriksaan hemoglobin banyak
faktor yang mempengaruhinya, sehingga harus diperhatikan pemilihan metode
pemeriksaanya yaitu cyanmethemoglobin atau sahli. Sebagai tenaga analis
setidaknya memperhatikan waktu dan jumlah sampelnya. Karena kedua metode ini
dapat memberikan hasil yang berbeda, sehingga perlu dilakukan pemilihan metode
yang tepat untuk pemeriksaan lebih lanjut supaya didapat hasil yang lebih akurat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian uji ”t” berpasangan pada taraf signifikan a = 5% dengan selisih sampel rata-rata
= 0,51 pada pengaruh konsumsi suplemen zat besi terhadap
peningkatan kadar hemoglobin metode cyanmethemoglobin
pada ibu menyusui bayi usia 0 – 3 bulan. Dengan 30 sampel darah vena dari
ibu menyusui bayi usia 0 – 3 bulan di wilayah Sukun dapat disimpulkan bahwa
tidak ada pengaruh yang signifikan antara mengkonsumsi suplemen zat besi dengan
peningkatan kadar hemoglobin.
Saran
Dengan
memperhatikan penelitian yang telah dilaksanakan, maka saran yang dapat
dipertimbangkan sebagai berikut :
1. Penggunaan alat-alat
fotometer harus dijaga kebersihannya, terutama
fotometer harus dilakukan control dan kalibrasi sebelum digunakan.
2. Cara pengambilan darah
dan pencampuran dengan antikoagulan disesuaikan dengan kebutuhan dan
diperhatikan dengan benar.
3. Reagen sebaiknya
diperhatikan masa kedaluarsa dan suhu penyimpananya.
4. Petugas pemeriksaan harus
mengerti penggunaan alat dengan benar.
5. Meskipun tidak ada
pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan
kadar hemoglobin, ibu menyusui
dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen zat besi untuk mencegah terjadinya
anemia.
DAFTAR PUSTAKA
Difa Danis. Kamus istilah Kedokteran 2008. Jakarta : Gitamedia Press.
Depkes RI. 1989. Hematologi.
Jakarta.
Gandasoebrata, R. 1985. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta :
Dian Rakyat.
Hoffbrand, A. V dan Pettit, JE. 1987. Kapita Selekta Hematologi.
Alih Bahasa : Ivan Darmawan. Jakarta :
EGC.
Mansjoer, Arif. dkk.
2000. Kapita Selekta Kedokteran.
Jilid III. Edisi 3.
Jakarta : FKUI. Media Aesculapius.
Sacher, Ronald A.
2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium.