Jurnal Adisti


    PENGARUH KONSUMSI SUPLEMEN ZAT BESI TERHADAP PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN
PADA IBU MENYUSUI

Oleh
Adisti Wulandari dan Faisal
Dosen Analis Kesehatan Akademi Analis Kesehatan Malang

INTISARI

Hemoglobin merupakan suatu protein yang kompleks,tersusun dari protein globin dan senyawa bukan protein yang dinamai hem,yang bagian pusatnya ditempati logam besi. Dalam tiap molekul hemoglobin mengandung 4 atom besi. Pemeriksaan hemoglobin dapat dilakukan dengan beberapa metode yang sering digunakan di laboratorium-laboratorium klinik atau rumah sakit adalah metode Cyanmethemoglobin dan Sahli.
Pemeriksaan kadar hemoglobin menggunakan metode Cyanmethemoglobin. Populasinya adalah dari 30 ibu menyusui bayi usia 0 – 3 bulan diambil sampel secara random sampling sebesar 40 sample darah vena di wilayah Kecamatan Sukun Malang,  masing-masing diperiksa dengan metode Cyanmethemoglobin. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh konsumsi suplemen zat besi terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu menyusui bayi usia 0 – 3 bulan. Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah menggunakan uji statistik “t” berpasangan atau paired sampel t-tes.
Dan hasil pengolahan data didapatkan “t” hitung (- 4.667) ≤ “t” tabel (0.1983), dengan berat kesalahan (a) ditetapkan 0,05. Hal tersebut berarti HO diterima dan Ha ditolak jadi tidak ada pengaruh yang bermakna antara konsumsi suplemen zat besi atau tidak konsumsi suplemen terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu menyusui bayi usia 0 – 3 bulan di wilayah Kecamatan Sukun Malang.
Kata Kunci: suplemen zat besi,  kadar hemoglobin, ibu menyusui

PENDAHULUAN

Latar belakang
           Menyusui adalah memberikan makan menurut kodrat alam, karena menggunakan alat alamiah yaitu payudara dan bahan makanan alamiah yaitu ASI (air susu ibu ) yang  telah sengaja diciptakan untuk keperluan menyusui. (Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. 1985 : 321)
Air susu ibu merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama. Air susu ibu mengandung semua zat gizi untuk membangun dan menyediakan energi dalam susunan yang diperlukan, menghasilkan pertumbuhan yang optimal, memiliki berbagai zat anti infeksi, memperpanjang jarak kelahiran anak. Hendaknya ASI diberikan secepatnya bila ibu dan bayi sehat. Air susu ibu yang diproduksi pada 1 – 5 hari pertama dinamakan kolostrum berupa cairan kental yang berwarna kekuningan. Kolostrum ini sangat menguntungkan bayi karena mengandung lebih banyak antibodi, protein, mineral dan Vitamin A. (Kapita Selekta Kedokteran.FKUI. 2000 : 568)
            Semua sel mengandung besi, akan tetapi hemoglobin darah dan otot mempunyai kosentrasi besi yang tertinggi. Kebutuhan besi bagi bayi relatif tinggi yaitu untuk pertumbuhan yang cepat dari jaringan baru. Diet bayi umumnya tidak mengandung cukup besi untuk memenuhi kebutuhannya, sumber utama besi untuk bayi adalah akses hemoglobin waktu lahir. Pertumbuhan bayi yang cepat akan menghabiskan persediaan besi, yang cepat pula menjadi anemia. Baik ASI maupun susu sapi tidak mengandung cukup besi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga makanan tambahan berupa buah dan sayur harus diberikan dalam makanan bayi sebelum persediaan besi habis terpakai. Biasanya pemberian makanan tambahan harus dimulai dari umur 3 bulan. Biasanya sulfas ferosus dan sitras ammonium sering digunakan untuk tambahan makanan. (Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. 1985 : 359)
              Pemeriksaan hemoglobin merupakan salah satu pemeriksaan rutin yang membutuhkan ketelitian dan ketepatan. Pemeriksaan ini paling sering dilakukan di laboratorium-laboratorium untuk menyatakan derajat anemia. Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara. Yang banyak dipakai dalam laboratorium klinik adalah cara fotoelektrik (Cyanmethemoglobin)  dan kolorimetrik visual (sahli). (Ganda Soebrata. 1985 : 11)
Rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh konsumsi suplemen zat besi terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu menyusui bayi usia 0 – 3 bulan.
          
Tinjauan Pustaka
Darah
Pengertian dan Fungsi Darah
Pengertian Darah merupakan bagian penting dari sistem transport. Darah merupakan jaringan tubuh yang berbentuk cairan. Darah dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu :
a.    Plasma darah
b.   Sel darah yang terdiri dari atas sel darah putih atau leukosit, sel darah merah atau eritrosit, dan sel pembeku darah atau trombosit. ( Depkes RI, 1989 : 1 )
Fungsi darah terdiri dari atas :
1.    Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan    tubuh.
2.    Mengangkut CO2 dari jaringan tubuh  ke paru-paru.
3.    Mengangkut zat-zat makanan yang diabsorbsi dari usus halus untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.
4.    Mengangkut zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui alat ekskresi.
5.    Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun.
6.    Mengatur keseimbangan air dalam tubuh. (Depkes RI. 1989 : 7)
 
Susunan Darah
Darah terdiri atas 2 bagian penting yaitu :
a.    Plasma Darah


Plasma darah termasuk dalam kesatuan cairan ekstraselular, dengan volumenya kira-kira 5% dari berat badan. Plasma darah merupakan bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warna bening kekuning-kuningan.
Plasma terdiri atas :
-      Air 91 %
-      Bahan organik dan anorganik 9 %
a.     Sel Darah


Gambar 2. Skema Darah  ( Wikipedia, 2007 )
Sel darah terdiri dari : 
1.    Eritrosit atau sel darah merah
Sel darah merah merupakan salah satu unsur yang dibentuk dalam darah tepi, pada manusia bentuk matur eritrosit normal adalah cakram bikonkaf yang berwarna kekuningan tidak berinti mengandung hemoglobin, berfungsi mengangkut oksigen.
2.    Leukosit atau sel darah putih
Sel darah putih yang merupakan korpuskulus darah tidak berwarna yang mampu melakukan gerak amuboid yang fungsi utamanya untuk melindungi tubuh terhadap organisme yang menyebabkan penyakit dan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu granular dan non granular.
3.    Trombosit atau keping darah
Trombosit merupakan bagian darah yang memiliki peranan penting dalam proses pengumpalan darah. (dr. Difa Danis , 2008)

Pengertian Hemoglobin
Hemoglobin adalah metalprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul haemoglobin terdiri dari globin, apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. (Wikipedia, 2007 ) .

Gambar  3. Hemoglobin Molecuke


Hemoglobin adalah pigmen merah dan menyerap cahaya maksimum pada panjang gelombang 540 nm. Jika sel darah merah dalam kosentrasi tertentu mengalami lisis, terjadi pembebasan hemoglobin yang dapat diukur secara spektrofotometris pada panjang  gelombang ini yang konsentrasinya setara dengan densitas optis. (Ronald A. Sacher. 2004)

Fungsi Hemoglobin
Fungsi hemoglobin antara lain :
1). Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan tubuh.
2)  Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
3)  Membawa karbondioksida dari seluruh jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru untuk dibuang. (Depkes RI. 1989)



Gambar 4 Fungsi Hemoglobin



Macam-Macam Hemoglobin
Hemoglobin normal mempunyai sepasang rantai alfa identitas jenis hemoglobin ditentukan oleh sepasang rantai yang lain, yaitu beta, gamma, dan delta. Struktur hemoglobin dinyatakan dengan menyebut jumlah dan jenis rantai globin yang ada. (Widman, Frances K. 1995 : 56)

1).Macam-macam hemoglobin normal :
a.    Hemoglobin A
Ditemukan pada orang dewasa normal sekitar 92 – 95 %. HbA terdiri dari atas 2 rantai alfa dan 2 rantai beta.
b.    Hemoglobin A­2
Ditemukan pada orang dewasa normal sekitar 2 – 3 %. HbA2 terdiri dari atas 2 rantai alfa dan 2 rantai beta.
c.    Hemoglobin F
Ditemukan pada janin dan bayi baru lahir. Pada orang dewasa hemoglobin F ditemukan sekitar 1 – 2 %. Hemoglobin F terdiri atas 2 rantai alfa dan 2 rantai gamma. (Wikipedia, 2007)
2).  Macam – macam Hemoglobin Abnormal
a.    Hemoglobin S
Jenis hemoglobin abnormal yang sering dijumpai adalah HbS. Pada HbS posisi keenam pada rantai beta tidak ditempati oleh glutamat tetapi oleh valin yang hidrofobik. Posisi keenam berada pada permukaan luar rantai yang saling berkaitan yaitu tempat rantai alfa dan rantai beta bertukar-tukar saat oksigenisasi dan deoksigenisasi.
b.    Hemoglobin C
Pada HbC posisi keenam rantai beta ditempati oleh asam amino lain yaitu lisin. Muatan positif pada lisin berinteraksi dengan gugusan bermuatan negatif didepanya. Hemoglobin cenderung membentuk gumpalan berbentuk roda sehingga menyebabkan eritrosit lebih kaku dan lebih muda pecah dari pada sel normal. (Widman, Frances K. 1995 : 60)
3).Sintesis Hemoglobin
Untuk mengangkut O­2 ke jaringan dan mengembalikan CO2 (karbondioksida) dari jaringan ke paru-paru, sel darah merah mengandung protein kusus yaitu hemoglobin. Setiap sel darah merah mengandung 640 juta molekul hemoglobin dan setiap molekul hemoglobin dewasa normal (HbA) terdiri atas empat rantai polipeptida a2b2, masing-masing dengan gugus hemnya sendiri. Sintesis hemoglobin dalam sel darah merah yang sedang berkembang, 65% hemoglobin disintesis dalam eritroblast, 35% stadium retikulosit sintesis hem terjadi banyak dalam mitokondria oleh sederet reaksi biokimia yang dimulai dengan kondensasi glisin dan suksinil koenzim A dibawah reaksi enzim kunci delta-amino laevulinik acid (ALA) sintetase yang membatasi kecepatan. Piridoksal fosfat (Vitamin B6) adalah koenzim untuk reaksi ini yang dirangsang oleh eritropoietin dan dihambat oleh hem. Akhirnya portofirin bergabung dengan besi untuk membentuk hem yang masing-masing molekulnya bergabung dengan rantai globin yang terbuat pada poliribosom. Kemudian tetrameter empat rantai globin dengan masing-masing gugus hemnya sendiri terbentuk dalam ”kantong” untuk membangun molekul hemoglobin. (Hoffbran dan Pettit. 1987 : 8)
4). Katabolisme Hemoglobin
Hemoglobin yang dilepaskan dari eritrosit dihancurkan oleh sistem retikuloendotelial. Mula-mula besi di lepas dan dikembalikan ke sumsum tulang untuk digunakan kembali dalam sintesis hem atau disimpan sebagai cadangan. Rantai globin dirombak dan asam amino disimpan untuk pembentukan protein. Sisa cincin porfirin dirombak menjadi biliverdin kemudian menjadi bilirubin yang diangkut ke hati dan dikonjugasi menjadi bilirubin diglukoronida. Dalam perjalanan ke hati bilirubin terikat pada albumin (bilirubin indirek). Peningkatan bilirubin indirek dalam plasma merupakan indikasi peningkatan destruksi eritrosit.( Widman, Frances K. 1995 :  )
Di dalam hati bilirubin dikonjugasi dengan asam glukoronat menjadi bilirubin diglukoronida atau bilirubin direk. Bilirubin indirek tidak larut dalam air, tetapi bilirubin direk larut dalam air dan dapat masuk ke dalam saluran empedu kemudian ke saluran cerna. Bilirubin diubah menjadi urobilinogen, urobilinogen ini sebagian besar direabsorpsi dan kembali ke dalam sirkulasi dan ke dalam hati untuk kemudian diekskresi melalui urine. Bila ada peningkatan destruksi hemoglobin dan peningkatan ekskresi bilirubin diglukoronida ke dalam saluran cerna, terjadi peningkatan ekskresi urobilinogen melalui urine dan feses. Peningkatan ekskresi urobilinogen merupakan petunjuk adanya proses hemolitik dan perombakan hemoglobin berlebihan. (Widman, Frances K. 1995 : 37 – 38)

Pemeriksaan Kadar Hemoglobin
           Kadar hemoglobin dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara, yang digunakan dalam laboratorium klinik ialah metode fotoelektrik dan kolorimetri visual.
Cara-cara penetapan kadar hemoglobin adalah   sebagai berikut :
1.    Metode  fotoelektrik kolorimetri.
1). Cyanmethemoglobin
Hemoglobin darah diubah menjadi cyanmethemoglobin (hemoglobin sianida) dalam larutan yang berisi kalium ferrisianida dan kalium sianida. Absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang 540 nm atau filter hijau. Larutan drabkins yang dipakai pada metode ini mengubah hemoglobin, oksihemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin menjadi cyanmethemoglobin. Sulfhemoglobin tidak berubah dan karena itu tidak ikut diukur. (Ganda Soebrata. 1985 : 13)
Metode  ini sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat dianjurkan untuk penetapan kadar hemoglobin dengan teliti karena standart Cyanmeth yang ditanggung kadarnya bersifat stabil dan dapat dibeli. Ketelitian cara ini dapat dicapai ± 2 %.(Ganda Soebrata. 1985)
2). Oxyhemoglobin
Metode ini lebih singkat dan sederhana. Kelemahan metode ini adalah tidak ada larutan standart oxyhemoglobin yang stabil, sehingga fotokolorimeter sukar ditera. (Depkes RI. 1989 : 43)
     3).Alkali Hematin
Metode ini kurang teliti bila dibandingkan dengan cara cyanmeth dan oxyhemoglobin. (Depkes RI. 1989 : 44)
4). Kupersulfat B.d 1.005
Metode ini dipakai untuk menetapkan kadar hemoglobin donor yang diperlakukan dalam tranfusi. Tidak dapat menetapkan kadar hemoglobin dengan tepat, tetapi hanya kesan-kesan saja. Untuk pemeriksaan klinik, cara kupersulfat B.d 1.005 tidak dapat digunakan. (Depkes RI. 1989 : 70)

Metabolisme Besi
            Besi adalah trace element yang paling banyak terdapat di tubuh sekitar 65% dari 4000 mg besi yang normal terdapat didalam tubuh (60 mg/kg pada laki-laki dan 50 mg/kg pada perempuan) terikat ke hem. Diperlukan satu miligram besi untuk eritropoisis, sebanyak 95% di daur ulang dari besi yang berasal dari perputaran eritrosit dan katabolisme hemoglobin. Hanya 1 mg / hari (yang merupakan 5% perputaran besi) yang baru diserap untuk mengimbangi pengeluaran (minimal) besi melalui feaces dan urine. (Ronald A. Sacher. 2004)

Penyerapan Besi
Penyerapan besi diatur oleh usus yang mengizinkan penyerapan besi secukupnya untuk mengganti kehilangan tanpa menyebabkan penyerapan berlebihan. Asupan besi dari makanan setiap hari adalah 10 sampai 20 mg/ hari. Jumlah besi yang diserap dari makanan sangat bervariasi, bergantung pada beberapa faktor termasuk jumlah dari jenis besi yang dimakan, keasaman lambung, aktifitas sumsum tulang dan keadaan simpanan besi tubuh. Penyerapan besi maksimum terjadi di duodenum dan jejunum bagian atas. (Ronald A Sacher. 2004)

METODE PENELITIAN

               Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kadar Hb pada ibu menyusui setelah minum suplemen zat besi di Wilayah Sukun malang dengan metode pemeriksaan Cyanmethemoglobin secara kuantitatif.
               Pemeriksaan kadar hemoglobin menggunakan metode Cyanmethemoglobin. Populasinya adalah dari 30 ibu menyusui bayi usia 0 – 3 bulan diambil sampel secara random sampling sebesar 40 sample darah vena di wilayah Kecamatan Sukun Malang,  masing-masing diperiksa dengan metode Cyanmethemoglobin. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh konsumsi suplemen zat besi terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu menyusui bayi usia 0 – 3 bulan. Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah menggunakan uji statistik “t” berpasangan atau paired sampel t-tes
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil  Penelitian
        Berdasarkan pemeriksaan didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 1    Hasil Pemeriksaan Hemoglobin Metode Cyanmethemoglobin
No
Hasil kadar Hb sebelum
Minum suplemen Zat Besi
Hasil kadar Hb sesudah
Minum suplemen Zat Besi
1
12.86
13.07
2
13.17
12.99
3
12.34
12.44
4
13.07
12.88
5
12.02
12.32
6
11.89
12.02
7
12.02
11.99
8
11.93
12.23
9
12.11
12.45
10
11.67
12.01
11
12.04
12.38
12
11.77
11.98
13
11.59
11.77
14
12.05
12.22
15
12.44
12.67
16
12.18
12.34
17
11.67
1183
18
12.06
12.44
19
13.22
13.34
20
12.12
12.46
21
11.58
11.82
22
13.33
13.18
23
12.56
12.89
24
12.09
12.45
25
11.58
11.78
26
12.22
12.62
27
11.96
11.78
28
11.68
12.00
29
12.77
12.43
30
12.08
12.34
Sumber: Data diolah

Tabel 2 Pengolahan Data
No
Hasil kadar Hb sebelum
Minum suplemen Zat Besi
Hasil kadar Hb sesudah
Minum suplemen Zat Besi
Selisih kadar Hb
Sebelum dan Sesudah Minum suplemen Zat besi
1
12.86
13.07
0.21
2
13.17
12.99
-0.36
3
12.34
12.44
0.10
4
13.07
12.88
-0.36
5
12.02
12.32
0.30
6
11.89
12.02
0.13
7
12.02
11.99
-0.03
8
11.93
12.23
0.30
9
12.11
12.45
0.34
10
11.67
12.01
0.34
11
12.04
12.38
0.34
12
11.77
11.98
0.21
13
11.59
11.77
0.18
14
12.05
12.22
0.17
15
12.44
12.67
0.23
16
12.18
12.34
0.16
17
11.67
1183
0.16
18
12.06
12.44
0.38
19
13.22
13.34
0.12
20
12.12
12.46
0.34
21
11.58
11.82
0.24
22
13.33
13.18
-0.15
23
12.56
12.89
0.33
24
12.09
12.45
0.36
25
11.58
11.78
0.20
26
12.22
12.62
0.40
27
11.96
11.78
-0.18
28
11.68
12.00
0.32
29
12.77
12.43
-0.34
30
12.08
12.34
0.26

Rata-rata
Rata-rata
Selisih rata-rata

12.20
12.37
0.169
  Sunver : Data diolah

       Dari data di atas dilakukan uji statistik yaitu dengan uji “t” berpasangan. Uji ”t” berpasangan digunakan untuk membandingkan apakah ada pengaruh konsumsi suplemen zat besi terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu menyusui bayi usia 0 – 3 bulan di Wilayah Sukun. Dimana bila t hitung > t tabel berarti ada pengaruh yang bermakna antara konsumsi suplemen zat besi terhadap peningkatan kadar hemoglobin dan bila t hitung < t tabel berarti tidak ada pengaruh yang bermakna antara konsumsi suplemen zat besi terhadap peningkatan kadar hemoglobin.

Hasil Pengolahan Data
       Adapun cara pengolahan data dengan menggunakan SPSS 13.0 adalah sebagai berikut :
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
NPar Tests
Tabel  3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Hb sebelum
N
30
Normal Parameters(a,b)
Mean
12.2017

Std. Deviation
0.51079
Most Extreme Differences
Absolute
0.197

Positive
0.197

Negative
-0.105
Kolmogorov-Smirnov Z
1.078
Asymp. Sig. (2-tailed)
0.195

a  Test distribution is Normal.
b  Calculated from data.
Interprestasi hasil :
      Harga Signifikasi yang ada ( Asymp.Sig.) yang besarnya 0.195 dimana harga ini dibandingkan dengan α = 0.05, sehingga (p > 0.05 ) dengan demikian Ho diterima yang artinya Data Berdistribusi Normal. ( Handoko Riwidikdo, 2009 : 29)
a.       Hipotesis
Ha : Ada pengaruh konsumsi suplemen zat besi terhadap peningkatan hemoglobin pada ibu menyusui bayi usia 0 – 3 bulan.
Ho            : Tidak ada pengaruh konsumsi suplemen zat besi terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu menyusui bayi usia 0 – 3 bulan.

Uji statistik ” t ” berpasangan / Paired-Samples T Test

Paired Samples Statistics

Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Pair 1
hhsebelum
12.2017
30
.51079
.09326

hbsesudah
12.3707
30
.43830
.08002



Paired Samples Correlations


N
Correlation
Sig.
Pair 1
hhsebelum & hbsesudah
30
.924
.000

Paired Samples Test

    
Paired Differences
t
    df
   Sig. (2-tailed)

Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference







Lower
Upper



Pair 1
hhsebelum -hbsesudah
 -16900
.19834
.03621
-.24306
 -.09494
-4.667
29
.000
 ( Handoko Riwidikdo, 2009 : 58 )

Kaidah keputusan :
Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak tidak ada hubungan. Sebaliknya jika t hitung > t tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak ada hubungan.
Ternyata t hitung < t tabel atau - 4.667 < 0.1983, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi tidak ada pengaruh yang signifikan antara mengkonsumsi suplemen zat besi dengan peningkatan kadar hemoglobin pada ibu menyusui bayi usia 0 – 3 bulan.
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa derajat kebebasan (df) n – 1  → 1 = 29, bila taraf  kesalahan (a) ditetapkan 5% = 0,05. Sedangkan pengujian dilakukan dengan menggunakan uji dua pihak, maka harga t tabel adalah 0.1983. Hasil t hitung (- 4.667) lebih kecil daripada t tabel (0.1983) antara mengkonsumsi suplemen zat besi dengan peningkatan kadar hemoglobin pada ibu menyusui bayi usia 0 – 3  bulan.    

PEMBAHASAN

            Setelah dilakukan uji ”t” berpasangan didapat nilai t hitung (- 4.667) yang lebih kecil dari pada t tabel (0.1983) dengan degree of freedom (df) 29 untuk a = 5%. Rata-rata kadar hemoglobin sebelum = 12.20, kadar hemoglobin sesudah = 12.37, selisih sampelnya ( ) = 0,17 dengan deviasi standar 0.511.
Hemoglobin adalah pigmen pengangkut oksigen utama dan terdapat di eritrosit. Hemoglobin adalah pigmen merah dan menyerap cahaya maksimum pada panjang gelombang 540 nm. Jika sel darah merah dalam konsentrasi tertentu mengalami lisis, akan terjadi pembebasan hemoglobin yang diukur secara spektrofotometris pada panjang gelombang ini, yang konsentrasinya setara dengan  densitas optis. (Ronald A. Sacher. 2004)
            Besi dalam trace elemen yang paling banyak terdapat di tubuh. Sekitar 65% dan 4000 mg besi yang normal terdapat di dalam tubuh 160 mg/kg pada laki-laki dan 50 mg/kg pada perempuan terikat ke hem. Diperlukan satu miligram besi untuk setiap mililiter sel darah yang diproduksi. Setiap hari 20 mg sampai 25 mg besi diperlukan untuk eritropoesis, sebanyak 95% di daur ulang dari besi yang berasal dari perputaran eritrosit dan katabolisme hemoglobin. Hanya 1 mg/hari (yang merupakan 5% dari perputaran besi) yang baru diserap untuk mengimbangi pengeluaran (minimal) besi melalui feses dan urine. (Ronald A. Sacher. 2004)
             Penyerapan besi diatur oleh usus, yang mengizinkan penyerapan besi secukupnya untuk mengganti kehilangan tanpa menyebabkan penyerapan berlebih. Asupan besi dari makanan sangat bervariasi, tergantung pada beberapa faktor termasuk jumlah dan jenis besi yang dimakan, keasaman lambung, aktivitas sumsum tulang dan keadaan simpanan besi tubuh. (Ronald A. Sacher. 2004)
             Metode cyanmethemoglobin  bagus untuk pemeriksaan laboratorium sederhana dan  pemeriksaan rutin untuk penetapan kadar hemoglobin.    Dalam pemeriksaan laboratorium khususnya hemoglobin dapat dilakukan pemeriksaan hemoglobin dengan menggunakan beberapa cara yaitu cara tallquist, cara sahli, cara fotoelektrik kolorimetri (cara cyanmethemoglobin, cara oxyhemoglobin, cara alkali hematin), dan dengan kufter sulfat B.d 1.005. ( Depkes RI.1989 : 38 – 40)
              Kadar normal hemoglobin dengan metode cyanmeth adalah laki-laki : 14 – 18 mg/dl, perempuan : 12 – 16 mg/dl, dari hasil pemeriksaan pengaruh konsumsi suplemen zat besi terhadap peningkatan kadar hemoglobin dengan metode cyanmeth pada ibu menyusui bayi usia 0 – 3 bulan di wilayah Sukun Malang. Dengan 40 sampel darah vena yang diambil dari 30 ibu menyusui bayi usia 0 – 3 bulan. Kemudian dilakukan uji ”t” berpasangan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh konsumsi suplemen zat besi terhadap peningkatan kadar hemoglobin.
               Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara mengkonsumsi suplemen zat besi dengan peningkatan kadar hemoglobin pada ibu menyusui bayi usia 0 – 3  bulan. Sehingga mengkonsumsi atau tidak mengkonsumsi suplemen zat besi pada ibu menyusui tidak terlalu berpengaruh terhadap peningkatan kadar hemoglobin.
            Mengkonsumsi suplemen zat besi dapat meningkatkan kadar hemoglobin tetapi ada salah satu faktor yang mempengaruhi diantaranya pola makan, pola konsumsi, daya tahan tubuh  dan kepatuhan seseorang dalam mengkonsumsi suplemen zat besi. Meskipun tidak ada pengaruh yang signifikan antara mengkonsumsi suplemen zat besi terhadap peningkatan kadar hemoglobin, ibu menyusui dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen zat besi untuk mencegah terjadinya anemia.
           
            Dalam pemeriksaan hemoglobin banyak faktor yang mempengaruhinya, sehingga harus diperhatikan pemilihan metode pemeriksaanya yaitu cyanmethemoglobin atau sahli. Sebagai tenaga analis setidaknya memperhatikan waktu dan jumlah sampelnya. Karena kedua metode ini dapat memberikan hasil yang berbeda, sehingga perlu dilakukan pemilihan metode yang tepat untuk pemeriksaan lebih lanjut supaya didapat hasil yang lebih  akurat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
            Berdasarkan hasil penelitian uji ”t” berpasangan pada taraf signifikan a = 5% dengan selisih sampel rata-rata = 0,51 pada pengaruh konsumsi suplemen zat besi terhadap peningkatan kadar hemoglobin metode cyanmethemoglobin pada ibu menyusui bayi usia 0 – 3 bulan. Dengan 30 sampel darah vena dari ibu menyusui bayi usia 0 – 3 bulan di wilayah Sukun dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara mengkonsumsi suplemen zat besi dengan peningkatan kadar hemoglobin.

Saran
         Dengan memperhatikan penelitian yang telah dilaksanakan, maka saran yang dapat dipertimbangkan sebagai berikut :
1.    Penggunaan alat-alat fotometer harus dijaga kebersihannya, terutama   fotometer harus dilakukan control dan kalibrasi sebelum digunakan.
2.    Cara pengambilan darah dan pencampuran dengan antikoagulan disesuaikan dengan kebutuhan dan diperhatikan dengan benar.
3.    Reagen sebaiknya diperhatikan masa kedaluarsa dan suhu penyimpananya.
4.    Petugas pemeriksaan harus mengerti penggunaan alat dengan benar.
5.    Meskipun tidak ada pengaruh yang signifikan  terhadap peningkatan kadar   hemoglobin, ibu menyusui dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen zat besi untuk mencegah terjadinya anemia.

DAFTAR PUSTAKA
                      
Difa Danis. Kamus istilah Kedokteran 2008. Jakarta : Gitamedia Press.
Depkes RI. 1989. Hematologi. Jakarta.
Gandasoebrata, R. 1985. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.
Hoffbrand, A. V dan Pettit, JE. 1987. Kapita Selekta Hematologi.
Alih Bahasa : Ivan Darmawan. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif. dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid III. Edisi 3.
Jakarta : FKUI. Media Aesculapius.
Sacher, Ronald A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium.