INFEKSI TERSERING PADA PENDERITA INFEKSI SALURAN KENCING
DI LABORATORIUM KLINIKA SURABAYA
Oleh
Muhammad Adib
Dosen Analis Kesehatan
Akademi Analis Kesehatan Malang
INTISARI
Infeksi saluran kemih ( ISK )
adalah berkembangnya mikroorganisme didalam saluran kemih ( mulai dari ginjal
sampai urethra ) yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau
mikroorganisme lain. Infeksi
saluran kemih bisa disebabkan oleh bakteri, virus atau mikroorganisme lain,
tetapi sebagian besar infeksi saluran kemih ini disebabkan oleh bakteri
terutama Escherichia coli (sekitar
80%).
Rancangan penelitihan yang digunakan dalam
penelitihan ini adalah deskriptif. Pengambilan data yang dilakukan secara
menyeluruh terhadap semua contoh air kemih yang dikerjakan di Laboratorium
Klinika Surabaya yang dicurigai menderita infeksi saluran kemih, pada bulan
Januari sampai bulan Oktober 2011 . Adapun
jumlah contoh air kemih yang dikerjakan di Laboratorium ini adalah 67 contoh
air kemih laki – laki dan 90 contoh air kemih wanita.
Hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa bakteri tersering penyebab infeksi saluran kemih di
Laboratorium Klinika Surabaya selama periode januari - Oktober 2011 adalah Escherichia
coli, yaitu sebesar 59%, diurutan
kedua Enterobacter aerogenes yaitu sebesar 24.8%, sedangkan diurutan yang
ketiga dan keempat, secara berturut –
turut dihuni oleh Staphylococcus
epidermidis sebesar 14.3%, dan Pseudomonas
sebesar 1,9%.
Kata kunci: Infeksi
saluran kemih, bakteri, Escherichia
coli
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Infeksi saluran kemih ( ISK ) adalah berkembangnya
mikroorganisme didalam saluran kemih ( mulai dari ginjal sampai urethra ) yang
dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain .
Secara mikrobiologis dikatakan
infeksi saluran kemih jika ditemukan mikroorganisme pathogen didalam air kemih,
uretra, kandung kemih, ginjal dan prostate. Pada kebanyakan kasus, pertumbuhan
organisme lebih dari 105 permililiter sampel urin porsi tengah yang
dikumpulkan secara benar dan bersih, menunjukkan adanya infeksi. Infeksi
saluran kemih ini bisa menyerang siapa saja baik itu pria maupun wanita dengan
gejala dan tanda klinis yang berbeda. Adapun gejala – gejala dan tanda klinis
yang lazim ditemukan pada penderita infeksi saluran kemih ini adalah disuria,
polakisuria, dan bakteriuria. Namun gejala dan tanda klinis ini tidak dapat
dipercayai dalam lokalisasi infeksi. Infeksi saluran kemih bisa disebabkan oleh
bakteri, virus atau mikroorganisme lain, tetapi sebagian besar infeksi saluran
kemih ini disebabkan oleh bakteri terutama Escherichia
coli ( sekitar 80%). Sedangkan Proteus,
Klebsiella, dan kadang Enterobacter
berperan pada sebagian kecil infeksi ringan. (STAMN, 1999)
Untuk mendiagnosa dini infeksi
saluran kemih tidak bisa hanya didasarkan atas gejala dan tanda klinis infeksi
itu sendiri, karena gejala dan tanda klinis bukan merupakan hal yang mutlak
oleh karena itu perlu adanya pemeriksaan dalam membuktikan adanya
mikroorganisme didalam saluran kemih yaitu dengan biakan air kemih. Namun
biakan air kemih itu harus dapat disingkirkan dari bakteri pencemar. Laboratorium
Klinika Surabaya melakukan pemeriksaan bakteriologis dalam mendiagnosa dini
infeksi saluran kemih. Sehingga kita sebagai tenaga medis bisa mengetahui
bakteri apakah yang terkandung dalam contoh air kemih tersebut yang diduga
menjadi penyebab infeksi saluran kemih. Selain itu pihak – pihak lain yang
terkait dalam masalah ini juga bisa menunjukkan tindakan apakah yang pantas
dalam pengobatan dan pencegahan infeksi tersebut.
Permasalahan dalam penelitian ini
adalah Bakteri apakah yang menjadi penyebab infeksi saluran kemih
dilaboratorium Klinika Surabaya periode Januari – Oktober 2011 ?
Tinjauan Pustaka
Infeksi Saluran Kemih
Infeksi Saluran Kemih
(ISK) adalah berkembangnya mikroorganisme didalam saluran kemih (mulai dari
ginjal sampai urethra) yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri,
virus atau mikroorganisme lain (Rahardjo,1999).
Epidemiologi
Prevalensi infeksi saluran kemih
bervariasi tergantung klasifikasi kliniknya. Tetapi, pada umumnya prevalensi
infeksi saluran kemih pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan laki – laki
dengan berbagai alasan. Prevalensi pada wanita meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia dan akan mencapai 10 % pada usia lanjut. Aktivitas sek dan
kehamilan meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pada wanita. Prevalensi
pada laki – laki meningkat sehubungan dengan meningkatnya keluhan prostat. Di
Indonesia didapatkan angka prevalensi tinggi. Sardjito pada tahun 1985
mendapatkan bakteri asimptomatik ( tak bergejala) pada 3,3 % pada balita yang
terdiri dari 1 – 3,7 % wanita dan 0,3 – 2,1 % laki – laki , sedangkan Barmawi
Hisyam mendapatkan 15,4 % pada pelajar wanita dan 5 % pada pelajar laki – laki.
Pada penelitian Pranawa
tahun 1987, didapatkan bakteriuri asimptomatik (tak bergejala) pada kehamilan
sejumlah 10,7 % . Sementara pada awal 1997 diruangan penyakit dalam dijumpai
infeksi kateter menetap, angka ini lebih rendah dari yang didapatkan Hernomo Kusumobroto di tahun
1984 yaitu sebesar 57,5 % (Pranawa, 2002).
Etiologi
Banyak
macam mikroorganisme yang dapat menginfeksi saluran kemih, tapi sejauh ini agen
yang paling umum adalah bakteri golongan batang Gram negative yang dalam
keadaan normal bertempat tinggal didalam traktus digestifus (saluran
pencernaan). Walaupun beberapa penelitian menunjukkan hasil yang berbeda tetapi
pada umumnya hasil penelitian menunjukkan bahwa 90 % penyebab tersering infeksi
saluran kemih adalah Escherichia coli.
Bakteri batang Gram negative lainnya seperti Proteus, Klebsielle, dan
kadang Enterobacter berperan pada
sebagian kecil infeksi ringan. (Widodo, 2004).
Kokus
Gram positif memainkan peran yang lebih kecil pada infeksi saluran kemih. Namun
Staphylococcus suprophyticus
menyebabkan 10 – 15 infeksi saluran kemih simptomatik (bergejala) pada wanita
muda. Enterococcus dan Staphylococcus aureus menyebabkan
infeksi pada pasien dengan batu ginjal. (STAMN, 1999)
Patogenesis
Dua jalur utama terjadinya infeksi saluran kemih ialah hematogen dan
asending, tetapi dari kedua cara ini asendinglah yang paling sering terjadi
1. Infeksi Hematogen
Infeksi
hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tubuh yang rendah, karena
menderita penyakit kronik, atau pada pasien yang sementara mendapatkan
imunosupresif. Penyebaran hematogen juga bisa timbul akibat adanya focus
infeksi disalah satu tempat. Misalnya infeksi Staphylococcus aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran
hematogen dari focus infeksi tulang, kulit, endotel, atau ditempat lain. Salmonella, Pseudomonas, dan Proteus termasuk jenis bakteri yang
dapat menyebar secara hematogen, sedangkan Escherichia
coli jarang ada di infeksi hematogen.
Walaupun jarang terjadi,
penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan infeksi ginjal yang berat,
misalnya infeksi Staphylococcus dapat
menimbulkan abses pada ginja
2. Infeksi
Asending
a.
Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina
Saluran kemih yang normal umumnya tidak
mengandung organisme kecuali pada bagian distral uretra yang biasanya dihuni
oleh bakteri normal kulit.
Disamping bakteri flora normal
kulit, pada wanita daerah 1/3 bagian distral uretra ini banyak dihuni bakteri
yang berasal dari usus karena letak anus tidak jauh dari tempat tersebut.
Bakteri penghuni terbanyak pada daerah tersebut adalah Escherichia coli.
Karena
peran factor predisposisi maka kolonisasi Escherichia
coli pada wanita didaerah tersebut diduga karena :
1) . Adanya perubahan flora normal didaerah
perineum.
2) . Berkurangnya antibody local
3) . Bertambahnya daya lekat organisme pada sel epitel pada
wanita.
b.
Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih.
Proses masuknya
mikroorganisme kedalam kandung kemih dipengaruhi oleh beberapa factor, antara
lain :
1). Faktor anatomi
Kenyataan bahwa infeksi saluran kemih lebih
banyak pada wanita dari pada laki – laki, hal ini disebabkan oleh bentuk
anatomi uretra pada wanita lebih pendek dan terletak dekat anus.
2). Faktor
tekanan air kemih pada waktu buang air kecil
Mikroorganisme naik ke
kandung kemih pada waktu buang air kecil karena tekanan air kemih. Dan selama
buang air kecil terjadi refluks kedalam kandung kemih setelah pengeluaran air
kemih
3). Faktor lain
Misal kebersihan alat
kelamin bagian luar dan perubahan hormonal waktu menstruasi.
c. Naiknya bakteri dari kandung
kemih ke ginjal.
Hal ini disebabkan oleh
refluks vesikoureter dan menyebarkannya infeksi dari pelvis ke korteks karena
refluks intrarenal. Refluks vesikoureter adalah keadaan patologis karena tidak
berfungsinya valvula vesikoureter yang tidak berfungsi ini disebabkan karena :
1)
Memendeknya bagian intravesikal ureter yang bisa terjadi
secara congenital.
2)
Edema mukosa ureter akibat infeksi. (TESSY, 2001 )
Klasifikasi ISK
Klasifikasi ISK menurut
Stamey didasarkan terutama pada terapeutik, dan alternatif penyebab untuk pengelolaan penderitan ISK
terbagi menjadi 3 golongan :
1. Infeksi pertama
Sekitar 80% infeksi pertama
disebabkan oleh Escherichia coli,
sangat sensitive terhadap antimikroba, dan menurut pengalaman dalam beberapa
hari akan lenyap dengan terapi oral yang tidak mahal.
2. Bakteriuria yang tidak sembuh
Bakteriuria yang tidak sembuh menunjukkan kegagalan sterilisasi
air kemih walaupun diberi terapi antimikroba. Jika bakteriuri tidak dapat
dihilangkan, infeksi saluran kemih tidak dapat dianggap sembuh, dan infeksi
yang terjadi tidak dapat diklasifikasikan sebagai kuman
penyebab tersering dari bakteriuria yang tidak sembuh selama pengobatan adalah
adanya mikroorganisme yang pada mulanya resisten atau menjadi resisten terhadap
agen antimikroba yang dipilih untuk mengobati infeksi.
3. Bakteriuria kuman
Jenis bakteriuria kuman dapat
ditentukan, bila bakteriuria telah sembuh selama beberapa hari dan obat
antimikroba dihentikan.
a. Bakteri menetap
Menetapnya bakteri dalam saluran kemih
(misal pada batu ginjal atau prostates bakteri ) menimbulkan infeksi kuman
dengan spesies yang sama. Biasanya dilakukan pembedahan untuk menghilangkan
sumber infeksi untuk mengobati infeksi kuman ini.
b. Reinfeksi
Reinfeksi ini disebabkan oleh pemasukan kembali bermacam – macam
bakteri dari reservoir luar saluran kemih. Kebanyakan infeksi kuman pada
wanita adalah reinfeksi dan memerlukan profilaksis antimikroba, bukan
pembedahan . (Schaeffer, 1994)
Klasifikasi ISK menurut lokalisasi nya, terbagi menjadi 2 bagian :
1)
Infeksi saluran kemih atas, meliputi ginjal dan ureter.
2)
Infeksi saluran kemih bawah, meliputi buli – buli dan
uretra.
Gejala infeksi saluran kemih atas dan
bawah biasanya berbeda. Untuk membedakan infeksi atas dan bawah diperlukan ter
invasif maupun non invasif. Tes invasif adalah tes bakteriologi dengan
membiakkan air kemih yang diambil dari kateterisasi ureter serta bilasan
kandung kemih, menurut Fairly. Tes non invasif terdiri atas tes imunologik
yaitu tes tentang adanya bakteri berselubung antibody di air kemih dan titer
antibody serum terhadap bakteri penyebab infeksi saluran kemih. Tes non invasif
pemeriksaan bakteri berselubung antibody ini pertama kali dilakukan oleh Thomas
(1974) relatif mudah, dan mempunyai nilai sensitivitas 76% dan spesifisitas 88% (Thomas dan Forland 1982
; Rahardjo, 1990).
Gambaran Klinis
Tanda
dan gejala klinis infeksi saluran kemih tidak selalu dan bahkan tidak selalu
ada, yaitu pada keadaan bakteriuri asimptomatik ( tanpa gejala). Gejala yang
lazim ditemukan adalah : disuria, polakisuria, terdesak kencing (urgeney), stranguria, tenesmus, nokturia. Sedangkan gejala yang kurang sering
ditemukan adalah Enuresis nocturnal
sekunder yaitu ngompol pada orang dewasa, dan prostatismus yaitu adanya kesulitan memulai kencing dan kurang
deras arusnya. (RAHARDJO, 1990).
Manifestasi
klinis menurut jenis kelaminnya, gejala yang lazim ditemukan adalah :
1. Pada wanita
a. Sistitis, dengan gejala : merasa ingin buang air kecil, demam
ringan, rasanya seperti terbakar bahkan adanya darah dalam air kemih.
b. Sindrom uretra, dengan gejala : rasa nyeri pada perut bagian
bawah dan sering buang air kecil.
c. Pyelonefritis, dengan gejala : rasa nyeri pada pinggang
belakang disertai demam. Walaupun jarang terjadi, namun penyakit ini perlu
diwaspadai karena bisa merusak ginjal.
2. Pada laki – laki
a. Prostatis, dengan gejala : sering buang air kecil , demam, terasa
terbakar saat buang air kecil, nyeri pinggang, dan prostate bengkak.
b. Sistitis, dengan gejala : demam ringan, sering buang air kecil,
dan adanya darah dalam air kemih. Gejala ini bisa timbul oleh karena bakteri
atau obstruksi seperti pembesaran prostate.
c. Uretritis, dengan gejala : keluarnya cairan pada uretra, terasa
terbakar saat buang air kecil, dan nyeri pada penis atau uretra.
Sedangkan menurut
lokalisasi terjadinya infeksi saluran kemih, gejala yang lasim ditemukan :
1)
Infeksi
saluran kemih bagian atas
Gejala : nyeri pinggang,
demam, menggigil, mual dan muntah, hematuria makroskopis.
2)
Infeksi
saluran kemih bagian bawah
Gejala : sering kencing,
rasa panas atau terbakar dikandung kemih, dan nyeri suprapubik. (Siregar, 2000)
Diagnosis Bakteriologis
Sebelum
kita mendiagnosis adanya bakteri didalam air kemih, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu syarat bakteriologis, cara pengambilan, dan penampugan air
kemih.
A.
Syarat
Bakteriologis
1) Sebaiknya digunakan air
kemih pada pagi hari
2) Penderita sebaiknya belum
mendapat terapi antibiotoka / khemoterapika .
3) Proses pengambilan harus steril
4) Air kemih harus segera
diperiksa ( tidak boleh lebih dari 2 jam ). Bila terpaksa harus ditunda, simpan dalam lemari es
suhu 4 – 5 °C (Suparman, 1990 )
B. Cara pengambilan dan penampungan air kemih
Air kemih
pada orang sehat mulai dari ginjal sampai dengan kandung kemih adalah steril,
sedangkan pada sepertiga bagian distral uretra dapat mengandung bakteri flora
normal yang sering menimbulkan pencemaran pada air kemih. Untuk mencegah
terjadinya pencemaran tersebut maka perlu diperhatikan proses pengambilan dan
penampungan air kemih penderita :
a.
Metode porsi tengah
Metode ini paling praktis
dan paling sederhana cara pengambilan dan pengumpulan sampel air kemih porsi tengah pada laki – laki adalah sebagai
berikut :
1. Meatus dibersihkan dengan sabun dan air. Pada
laki- laki belum disirkumsisi, menarik preputium kepangkal penis, kemudian
membersihkan glands penis dengan kasa basa kemudian dengan kasa kering.
2. Air kemih pertama dibuang, kemudian menampung
5 – 10 ml air kemih berikutnya dalam tabung tertutup steril. Pengumpulan air
kemih ini tidak boleh terisi air kemih sampai tahap akhir pengeluaran air
kemih. ( Shulman, 1994 ).
Pada wanita cara pengambilan
contoh air kemih menghadapi masalah khusus, karena kemungkinan bertambahnya
pencemaran lebih tinggi yang disebabkan bentuk anatomi uretra wanita. Cara
pengambilan dan penampungan contoh air kemih pada wanita :
1. Labia dibuka, kemudian
melakukan pencucian dari atas depan
kearah belakang dengan kasa yang
dibasahi sabun .
2. Bilas dengan air mengalir.
3. Air kemih pertama
dibuang, kemudian menampung 5 – 10 ml air kemih berikutnya dalam tabung
tertutup steril. Pengumpulan air kemih ini tidak boleh terisi air kemih sampai
tahap akhir pengeluaran air kemih. (
Shulman, 1994 ).
b.
Metode kateterrisasi
Metode ini digunakan untuk pasien yang tidak
mampu menghasilkan contoh air kemih metode porsi tengah. Beberapa milliliter
air kemih pertama dari selang kateter harus dibuang untuk mencuci bersih
organisme yang mungkin telah berada pada ujung
selang kateter. Contoh air kemih dapat diperoleh dari selang kateter indwelling yang menggunakan jarum dan spuit.
Memastikan dimana jarum akan dimasukkan. Air kemih dapat diaspirasi melalui
konektor karet lunak antara selang kateter dan selang pengumpul. ( Shulman,
1994 ).
c.
Metode aspirasi suprapubis
Metode ini
digunakan khusus untuk neonatus dan anak – anak kecil, dan adakalanya untuk
orang dewasa yang secara klinis dicurigai adanya peradangan saluran kemih. ( Koneman
E.W., 1992 )
Pemeriksaan
Mikroskopis
Pemeriksaan langsung dari
air kemih penderita dapat dipakai untuk pemeriksaan awal adanya bakteriuria.
Bila didapatkan bakteri dalam jumlah banyak, berarti ada infeksi saluran kemih.
( HARSONO, diktat mikrobiologi II ).
Tes Kimiawi
Beberapa tes kimiawi yang dapat dipakai untuk penyaring
adanya bakteriuria, diantaranya yang paling sering dipakai adalah : Tes reduksi
griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali enterococcus,
mereduksi nitrat. Sensitifitas pemeriksaan ini 90,7% dan spesifisitas 99,1%.
Tes Plat – celup ( Dip-Slide )
Beberapa
pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempeng plastic bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya
dilapisi perbenihan padat khusus. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup
akurat . Kekurangannya adalah jenis
kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui
.
Pencegahan
1)
Minum
banyak air setiap hari.
2)
Jika anda merasa harus buang air kecil, jangan
menahannya.
3)
Menyeka dari depan ke belakang untuk mencegah bakteri
disekitar anus memasuki vagina atau uretra.
4)
Membersihkan daerah kelamin sebelum melakukan hubungan
seks.
METODE
PENELITIAN
Tujuan penelitian untuk
mengetahui bakteri penyebab tersering ISK di Laboratorium Klinika Surabaya periode Januari – Oktober 2011
Populasi penelitian adalah semua penderita yang dicurigai menderita infeksi
saluran kemih. Sampel diambil
secara menyeluruh dengan jumlah 67 contoh air kemih laki – laki , dan 90 contoh air kemih wanita pada
periode januari - Oktober 2011
Pengambilan
data yang dilakukan secara menyeluruh terhadap semua contoh air kemih yang
dikerjakan di Laboratorium Klinika Surabaya yang dicurigai menderita infeksi
saluran kemih, pada bulan Januari sampai bulan Oktober 2011 . Adapun jumlah contoh air kemih yang dikerjakan
di Laboratorium ini adalah 67 contoh air kemih laki – laki dan 90 contoh air
kemih wanita.
Teknik
Pemeriksaan
sebagai berikut: Bahan yang digunakan sebagai
pemeriksaan adalah 67 contoh air kemih laki – laki dan 90 contoh air kemih wanita, yang kedua –
duanya menggunakan contoh air kemih
porsi tengah.
Cara kerja
untuk diagnosis bakteriologi
menggunakan biakan air kemih, sedangkan tahap pemeriksaannya meliputi 2 tahap
yaitu tahap pemeriksaan kuantitatif dengan metode total plate count dan tahap
pemeriksaan kualitatif.
.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Januari sampai dengan Oktober 2011
. Selama kurun waktu tersebut telah dilakukan pemeriksaan Penelitian dilakukan
selama 10 bulan, yaitu mulai bulan bakteriologi terhadap 157 sampel air kemih
yang dicurigai menderita infeksi saluran kemih yang dikirim di Laboratorium
Klinika Surabaya.
Hasil isolasi dan identifikasi
dari 157 sampel air kemih yang
diperiksa, ditemukan jumlah kuman lebih besar atau sama dengan seratus ribu
kuman per milliliter air kemih ( ³ 105 )
sebanyak 105 atau sekitar ( 66.8% ). Ini menandakan bahwa 105 contoh air kemih tersebut
positif menderita infeksi saluran kemih. Dan 52 contoh air kemih lainnya ( 33.2% ) dinyatakan negatif. ( table 1)
Tabel 1. Hasil pemeriksaan
sampel air kemih
NO
|
Nilai
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
Presentase
( % )
|
|
Laki - Laki
|
Wanita
|
||||
1.
|
Positif
|
40
|
65
|
105
|
66.8
|
2.
|
Negatif
|
27
|
25
|
52
|
33.2
|
Jumlah
|
67
|
90
|
157
|
100
|
Sumber :
data diolah
Dari 105 penderita yang dinyatakan positif infeksi
saluran kemih, bakteri Escherichia coli
mendominasi terjadinya infeksi ini, yaitu sebesar 59%, diurutan yang kedua
dihuni oleh Enterobacter aerogenes
yaitu sebesar 24.8%, sedangkan diurutan yang ketiga dan keempat, secara berturut – turut dihuni
oleh Staphylococcus epidermidis
sebesar 14.3%, dan Pseudomonas sebesar 1,9%. ( table 2)
Tabel 2. Jenis bakteri penyebab
ISK
NO
|
Jenis bakteri penyebab
|
Jumlah
|
Presentase (%
)
|
1.
|
Escherichia coli
|
62
|
59
|
2.
|
Enterobacter aerogenes
|
26
|
24.8
|
3.
|
Staphylococcus epidermidis
|
15
|
14.3
|
4.
|
Pseudomonas
|
2
|
1.9
|
Jumlah
|
105
|
100
|
Sumber : data diolah
Jenis
bakteri yang sering menjadi penyebab infeksi saluran kemih pada 20 laki – laki
adalah Escherichia coli sebesar 60%,
menyusul kemudian Enterobacter aerogenes sebesar
25%, Staphylococcus epidermidis 15%
.( table 3 )
Tabel 3.
Jenis bakteri penyebab ISK pada laki – laki
No
|
Jenis bakteri penyebab
|
Jumlah
|
Prosentase (%
)
|
1.
|
Escherichia coli
|
24
|
60
|
2.
|
Enterobacter aerogenes
|
11
|
27.5
|
3.
|
Staphylococcus epidermidis
|
3
|
7.5
|
4.
|
Pseudomonas
|
2
|
5
|
Jumlah
|
40
|
100
|
Sunber:
data diolah
Sedangkan hasil identifikasi dari 35 sampel air kemih
pada wanita yang dinyatakan positif infeksi saluran kemih, didapatkan 65,7%
penyebabnya adalah Escherichia coli.
Untuk jenis bakteri penyebab ISK lainnya pada wanita, yaitu : Enterobacter aerogenes sebesar 22,9% , Staphylococcus epidermidis sebesar 8,6%
dan Streptococcus faecalis 2,6%. (
table 4 )
Tabel 4. Jenis bakteri penyebab
ISK pada wanita
No
|
Jenis bakteri penyebab
|
Jumlah
|
Prosentase (%
)
|
1.
|
Escherichia coli
|
38
|
58.5
|
2.
|
Enterobacter aerogenes
|
15
|
23
|
3.
|
Staphylococcus epidermidis
|
12
|
18.5
|
Jumlah
|
65
|
100
|
Sumber: Data diolah
Pembahasan
Dari data yang didapatkan di Laboratorium Klinika
Surabaya selama periode januari sampai Oktober 2011 ada beberapa hal yang perlu
mendapatkan perhatian, diantaranya adalah Escherichia
coli yang merupakan penyebab
tersering infeksi saluran kemih, yaitu sebanyak 63,6% dan wanitalah yang
mendominasi infeksi saluran kemih ini, yaitu sebesar 65,7%. Hal serupa juga
pernah dilaporkan oleh Rahardjo dan susalit dalam penelitiannya didua rumah
sakit yaitu, dirumah Sakit CiptoMangunkusumo ( RSCM ) dan Rumah Sakit swasta
pada tahun 1974. Di RSCM ditemukan 51,5% penyebab infeksi saluran kemih adalah Escherichia coli sedangkan di Rumah
Sakit swasta sebesar 35%. Untuk kuman lain seperti Enterococcus aerogenes, Staphylococcus epidermidis, dan Pseudomonas jarang ditemukan pada
infeksi saluran kemih. Dari penelitihan Ni Made Mertaniasih, dkk di
Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSU Dr. Soetomo Surabaya tahun 2004 penyebab
tersering infeksi saluran kemih adalah Escherichia
coli yaitu sebesar 39%.
Ada
beberapa hal yang menjadi alasan tingginya Escherichia
coli yang menjadi penyebab tersering infeksi saluran kemih, antara lain
adanya antigen O yang merupakan bagian terluar dinding sel lipopolisakarida dan
terdiri dari unit berulang polisakarida. Antigen O ini tahan terhadap panasdan
alcohol. Adanya antigen K juga berpengaruh terhadap tingginya Escherichia coli sebagai penyebab
infeksi saluran kemih. Hal ini disebabkan karena antigen K menyebabkan
melekatnya bakteri pada sel epitel yang memungkinkan invasi ke system saluran
air kemih.
Infeksi
saluran kemih juga kerap kali terjadi pada wanita 61,9% dibandingkan dengan
laki – laki 38,1% hal demikian bisa terjadi karena adanya perbedaan anatomi
uretra. Uretra wanita sangat pendek dibandingkan dengan laki – laki. Panjang
uretra wanita kira – kira 3 cm dan muaranya relative terbuka serta berdekatan
dengan vagina dan anus yang banyak mengandung kuman sehingga kemungkinan kuman
masuk ke dalam saluran air kemih cukup besar. Disamping itu uretra wanita merupakan lanjutan dari
krepti – krepti yang dikelilingi oleh kelenjar – kelenjar dan 2/3 distal uretra
tersebut banyak mengandung kuman. Oleh karena itu bila ada trauma seperti
pemasangan kateter maka kuman dapat terdorong masuk kedalam kandung kemih.
Secara umum infeksi saluran kemih
pada laki – laki disebabkan oleh adanya obstruksi pada uretra baik disebabkan
oleh batu maupun pembesaran prostat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bakteri
tersering penyebab infeksi saluran kemih di Laboratorium Klinika Surabaya
selama periode januari - Oktober 2011 adalah Escherichia
coli, yaitu sebesar 59%, diurutan
kedua Enterobacter aerogenes yaitu sebesar 24.8%, sedangkan diurutan yang
ketiga dan keempat, secara berturut –
turut dihuni oleh Staphylococcus
epidermidis sebesar 14.3%, dan Pseudomonas
sebesar 1,9%.
Saran
Karena kita mengetahui bakteri
tersering infeksi saluran kemih adalah Escherichia
coli, maka disarankan bagi praktisi Laboratorium umtuk mengidentifikasi Escherichia coli lebih teliti dalam
mengenali bakteri ini. Misalnya, jika dalam pemeriksaan contoh air kemih
ditemukan kuman berbentuk batang Gram negatif yang dicurigai Escherichia coli, sebaiknya menggunakan
media EMB ( Eosin Methylen Blue )
karena pada media ini Escherichia coli
mempunyai morfologi yang khas yaitu memberikan warna kemilau “ metallic sheen
“.
Kebersihan daerah kemaluan juga
harus dijaga, karena kemungkinan besar terjadinya infeksi saluran kemih
disebabkan adanya pencemaran disekitar daerah kemaluan tersebut.
Agar para wanita tidak memakai pakaian dalam
yang mengandung bahan nilon, karena bahan tersebut dapat mempercepat
pertumbuhan kuman pathogen
DAFTAR PUSTAKA
Jawetz,
Melnick dan Adelberg. 1996. Mikrobiologo kedokteran. Edisi 20. EGC.
Jakarta. Halaman 732-734.
Mc Kane, L dan Kendel, J.1996.
Microbiology Essential and Applications. McGraw-Hill. Singapore.
Mertaniasih N.m., dkk 2004.
Media IDI. Volume 29. IDI Surabaya. Halaman 22-27.
Pranawa,
2002 Naskah lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan XVII Ilmu Penyakit Dalam. FKUA Dr. Soetomo. Surabaya. Halaman
127-129
Rahardji,
J.P dan Susalit. 1990. Ilmu Penyakit Dalam . Jilid II. FKUI. Jakarta. Halaman
262-272.
Scaffer,
AJ. 1994. Dasar Biologis & Klinis Penyakit Infeksi. Edisi 4. UGM.
Yogyakarta. Halaman 201-208.
Siregar,
P. 2000. Current Treatmen in Internal Medicine. FKUI. Jakarta. Halaman
179-184. Halaman 112-120.
Stamn,
W.E. 1999. Harrison Prinsip – prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 2 (13). EGC. Jakarta. Halaman 75-84.
Tessy, Ardaya dan Suwanto 2001.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Mikrobiologi Kedokteran. II(3). FKUI. Jakarta. Halaman
369-376.
Widodo,D.
2004. Bunga Rampai Penyakit Infeksi. FKUI. Jakarta. Halaman 91-102.
Winsor, DK dan Cleary,
T.G. Ilmu Kesehatan Anak. Volume 2 (15). EGC. Jakarta . Halaman 976-979.